PENDAKIAN KE GUNUNG LAWU
3265 DPL
Sebelum mengadakan pendakian. Rencanakan dengan matang tempat dan tujuannya,ajak teman temanmu untuk membahas tempat tujuan, setelah menentukan ,maka carilah informasi..dari media cetak maupun electronic seperti internet. Cari di peta lokasi tujuan dengan kota yang terdekat, seperti kita mau mendaki Gunung Lawu. Kota terdekat adalah Solo, ini untuk menghitung berapa biaya yang akan dibutuhkan.
· Dari Jakarta ke Solo = Rp. 146.000 – naik bus executife
· Dari Solo ke Tawangmangu = Rp. 10.000 – naik bus
· Dari Tawangmangu ke Cemoro kandang = Rp. 7.000 – naik angkot L. 300
· Di pintu masuk G. Lawu = Rp. 3.000 _ registrasi
· Logistik untuk 4 hari = Rp. 125.000
Hitung biaya transport PP.sekarang kita menghitung Logistik, ini menyangkut berapa hari anda menginap di gunung, dan berapa lama anda melakukan perjalanan. sedikit membawa bahan yang mentah.seperti beras. Dan Mie karena harus memasaknya lebih dahulu , usahakan membawa makanan yang siap dimakan ,mudah di cerna dan mencukupi kebutuhan tubuh.Karbohidrat sumbernya dari nasi..madu...Protein daging ..ikan..susu..coklat
PERSIAPAN
· Aluminium foil untuk menahan angin dan membungkus makanan matang.
· Kompor zepplin kecil harga Rp. 145.000
· Tapi kamu bisa memakai kompor spirtus .dari bahan kaleng bekas minuman.atau kaleng cat yang kecil pinggirnya beri lobang dengan paku kira kira dari bibir atas sekitar 3 cm lobangi keliling sampai atas untuk udara.
· Pakaian. Kaos panjang bahan flanel 2. Kaos pendek 3. Celana panjang 2. Celana pendek 2
· Jaket penahan dingin bahan nilon anti air dan angin serta berlapis didalamnya.atau yang di dalamnya ada bulu angsa.
· Jas hujan
· Kaos kaki bahan wool 2
·
· Obat –obatan untuk sakit kepala – sakit perut – betadine – plester luka – obat kumur – sunbloc atau cream nivea – perlengkapan mandi
.MENYUSUN BARANG
Untuk perjalanan mendaki kamu bisa mengenakan celana pendek yang bersaku, dan kaos pendek atau panjang. Bersepatu atau memakai sandal gunung. Satu stel jas hujan di letakan pada saku atas carier memudahkan untuk di jangkau. Semua pakaian dan sleeping bag , jaket harus dimasukan kedalam kantong plastik. Makanan persiapan di masukan kedalam plastik tersendiri. Makanan di perjalanan taruh disaku atau di tas kecil yang mudah di jangkau bila dibutuhkan.botol minuman harus mudah di jangkau, seperti di cantolkan pada lengan carier atau di pinggang ,masukan sleeping bag dan pakaian yang telah di beri plastik ,lebih dahulu, kemudian logistik , tenda bisa di pisah antara kain dengan pipa penyanggahnya .pipanya bisa dimasukan kedalam matras .obat 2an bisa di saku carier. Senter dengan batrei cadangan dan bowlamp cadangan.gantungkan atau masukan kedalam saku tas yang mudah di jangkau . perlengkapan masak diletakan paling atas.
Karena yang pertama tama kita mau menginap adalah membuka tenda, membuka alas tidur , membongkar barang , mengganti pakaian yang basah dengan yang kering, lalu menyiapkan minumam panas kemudian memasak makanan. Bisa mie bisa nasi. Bawalah beberapa kantong plastik untuk sampah juga untuk menyimpan pakaian kotor.
MAKANAN di perjalanan
· Roti lapis coklat : seperti Beng- beng – top – kit ket
· Roti tawar bisa dilapisi mentega kemudian ditekan tekan supaya menjadi tipis, untuk menghemat tempat.
· Snack creker rasa daging.
· Sosis langsung makan.
· Vafer coklat.
MINUMAN di perjalanan
· sebelumnya kita harus mencari informasi .dimana ada mata air.kalau di Lawu ,lewat jalur Cemoro kandang di pertengahan ada mata air yang bernama Sendang Panguripan. Kemudian di puncak ada Sendang Drajad jadi untuk masalah yang satu ini tak perlu kawatir.. dari bawah cukup dengan membawa 1 liter air.
MAKANAN DAN MINUMAN mentah
· Beras untuk sekali makan 2 orang cukup 1 gelas. Banyaknya bisa di hitung berapa lama kamu menginap.dan berapa kali kamu makan.
· Kopi sacet gulas
· Susu sacet
· Energent / cereal
· Teh
· Cornet beef
· Sarden
· Mie instant
· saus
· Buah jeruk-apel
Untuk kamu yang akan mendaki pada bulan Syuro atau Muharram..sebenarnya tak perlu repot repot membawa perlengkapan yang sebanyak itu . cukup mebawa dua botol air ukuran sedang.dan makanan kecil bekal di perjalanan. Bawalah jas hujan dan tas punggung kecil untuk menyimpan baju hangat dan pakaian cadangan. Senter jangan lupa. Juga uang.
Perjalanan sampai puncak, bisa ditempuh oleh orang setempat dengan 3 sampai 4 jam , kalau saya dengan jalan santai lama perjalanan bisa 9 jam. Dari Cemoro kandang melintasi jalan setapak dengan kerimbunan pohon dan semak, jalan mulai sedikit sedikit menanjak. Perjalanan sekitar 1.5 jam ,kita sampai di pos 1. Bila bulan Syuro pos ini juga ada warung makanan. Lanjud ke pos 2 bisa ditempuh dengan 1.5 – 2 jam. Disinipun ada warung makanan...di jamin kalian tidak kelaparan mulai dari teh panas – kopi susu.- mie.rebus atau mie goreng – sampai pisang dan tahu goreng juga sedia tak perlu kawatir kehabisan rokok dia juga jual ketengan. Disini kamu harus istirahat untuk melepas lelah. Karena untuk menuju pos 3 Penggek cukup agak melelahkan.
Dari pos 3 ini kita akan mendapatkan jalan yang sedikit landai tapi jalan menyempit dengan rumput di kanan kirinya. Perhatikan jalanmu karena di sebelahmu jurang menganga amat dalam.
Tak berapa lama kemudian kamu akan menjumpai sendang panguripan kamu bisa mengisi tempat minummu untuk bekal di perjalanan
Menuju pos 4 Cokro suryo 3025 Dpl. jalan mulai mendaki dengan bebatuan kerikil di pos ini tempatnya agak lapang yang jelas pasti anginnya kencang.
Ini adalah halaman depan pos 4, dan disitu diletakan dua nisan sebagai tanda dua orang pendaki telah meninggal dunia disitu.dari sini puncak sudah dekat yah kurang lebih 1 jam perjalanan.dengan jalan yang menurun...kemudian sedikit menanjak ringan..kemudian mendatar....maka kita akan menjumpai tanda Ke Puncak kanan dan lurus Hargo Dalem. Untuk istirahat kita ambil jalur Hargo Dalem.
Tampak dalam gambar sebuah bangunan joglo, itulah tempat peristirahatan kerabat keraton Solo apabila mengunjungi Hargo Dalem sedang yang berwarna kuning – orange – biru itu adalah tenda para pedagang yang membuka warung untuk para peziara.. warung itu akan buka selama sebulan penuh. Gambar ini kita ambil sewaktu akan mengambil air di Sendang Drajad.
Sendang drajat yang lama |
Di teruskan dengan perjalanan menuju puncak 3265 Dpl.dengan menyusuri jalanan terjal menanjak
Di belakangku adalah jalan menuju puncak, tampak batu tersusun rapi bak tangga. Batu ini konon di susun oleh pengikut Prabu Brawijaya.
tugu puncak yang lama
tugu puncak yang lama
Inilah puncak pas 3265 Dpl. Dari setiap kunjunganku tugu ini selalu berubah bentuk bangunannya, pertama tama saya ke sini tandanya di buat dari sebatang pipa besi. Kemudian berganti berupa pilar tembok seukuran pinggang, kemudian berubah lagi pilar dengan trap undakan dan sekarang inilah tugu yang menjulang tinggi berdiri dengan kokohnya...entah mau dirubah lagi atau tidak ...aku sendiri tidak tau....tahun depan aku datang lagi Lawu....wooouuuu itu teriakan temanku Tonny
Pengetahuan dasar mendaki
Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.
Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
Pengetahuan dasar mendaki
Kenapa Mendaki Gunung
Mendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah aktivitas olahraga berat. Kegiatan itu memerlukan kondisi kebugaran pendaki yang prima. Bedanya dengan olahraga yang lain, mendaki gunung dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah lingkungan yang sesungguhnya bukan habitat manusia, apalagi anak kota.
Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang dalam aktivitasnya yang diistilahkan dengan bahaya obyektif dan bahaya subyektif. Bahaya obyektif adalah bahaya yang datang dari sifat-sifat alam itu sendiri. Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih dingin ditambah angin yang membekukan, adanya hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir sekaligus berisiko jatuhnya batu-batuan, dan malam yang gelap pekat. Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah manusia.
Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan “mudah” didaki, seperti Gede, Pangrango atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian. Tidak jarang di antara tubuh mereka hanya berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit atau air ala kadarnya.
Meski tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat mengurangi dampak negatifnya. Misalnya dengan membawa baju hangat dan jaket tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara. Membawa tenda untuk melindungi diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter, dan sebagainya.
Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia dapat mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta kompas memadai (karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.
Sebagai gambaran, Badan SAR Nasional mendata bahwa dari bulan Januari 1998 sampai dengan April 2001 tercatat 47 korban pendakian gunung di Indonesia yang terdiri dari 10 orang meninggal, 8 orang hilang, 29 orang selamat, 2 orang luka berat dan 1 orang luka ringan, dari seluruh pendakian yang tercatat (Badan SAR Nasional, 2001)
Data lain, sejak tahun 1969 sampai 2001, gunung Gede dan Pangrango di Jawa Barat telah memakan korban jiwa sebanyak 34 orang. Selanjutnya, dari 4000 orang yang berusaha mendaki puncak Everest sebagai puncak gunung tertinggi di dunia, hanya 400 orang yang berhasil mencapai puncak dan sekitar 100 orang meninggal. Rata-rata kecelakaan yang terjadi pada pendakian dibawah 8000 m telah tercatat sebanyak 25% pada setiap periode pendakian.
Kedua bahaya itu dapat jauh dikurangi dengan persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.
Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.
Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri].
Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki gunung.
Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya, sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.
Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.
Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency medical care] praktis.
Perencanan pendakian.
Hal pertama yang ahrus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
■ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
■ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
■ Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
■ Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
■ Ransel / carrier.
■ Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
■ Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
■ Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
■ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.
■ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
Masukkan dalam kantong plastik.
Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
Buat Checklist barang barang tersebut.
Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai
Gunung berapi strato
Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya mambutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut Club “Mountaineers”, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.
INI PERJALANAN TAHUN 2010??
BalasHapushalo dynah bolan suro th 2016 ini aku mau naik lagi
BalasHapus