Pages

Jumat, 24 Desember 2010

Peraturan dasar hiking

  • Sebelum melakukan perjalanan ke gunung, cobalah mengamati keadaan cuaca...kemungkinan terjadi hujan badai atau tanah longsor...lebih baik menanyakan kepada penjaga hutan atau petugas pos jaga pintu masuk ke gunung yang akan di daki. atau kepada penduduk setempat.
  • Setiap perjalanan ke gunung rencanakan dengan matang, jangan lupa peta, petunjuk atau keterangan dari penduduk setempat
  • Merencanakan lamanya perjalanan, buatlah pemberitahuan tentang rute yang akan di ambil dan tujuan,menyangkut hal situasi darurat : Melapor ke pos kehutanan atau kepala Desa setempat.
  • Lakukan perjalanan lebih awal, dan kembali tepat waktu : Berarti bergembira mendaki gunung dan aman. jangan berjalan sendirian
  • Kembali pada waktunya, bukan merupakan kerugian, akan tetapi merupakan sifat berhati - hati
  • Sesuaikan waktu dengan pengikut yang paling lemah
  • Usahakan mengikuti tanda tanda yang telah ada .apabila kita kehilangan jejak, sebaiknya kembali, sampai menemukan kembali tanda yang ada
  • beristirahatlah tiap tiap 1.5 / 2 jam. makanlah sedikit tapi sering
  • supaya gunung itu tetap bersih, bawalah sampahmu di kantong plastik.
  • jangan memetik bunga, biarkan barang barang yang tidak terlindung itu pada tempatnya, untuk kelestarian alam
  • sebelum mengadakan pendakian, cobalah memberitahukan pada orang rumah, juga kepada teman..arah mana tujuan kita. juga kapan akan berangkat dan kapan akan kembali. ini untuk menjaga apa bila kita terjadi apa apa. jangan lupa menyiapkan surat . seperti KTP - Kartu Mahasiswa - atau surat jalan dari RT / surat dari perkumpulan yang di anutnya. dan jangan lupa meninggalkan no telpon yang bisa di hubungi kepada petugas jaga di pos.



Dalam mendaki gunung, tak lepas kita harus memiliki aturan dan etika, yang apabila kita bisa menerapkan dengan baik, pendakian kita akan lebih aman dan nyaman. Tetapi dalam praktek di lapangan, aturan dan etika tersebut banyak di abaikan oleh kebanyakan pendaki. Contohnya, sampah masih dimana - mana, vandalisme membabi buta, dan apabila tindakan itu masih kita junjung tinggi, tak akan lama lagi keindahan alam gunung akan punah.


Berikut adalah beberapa aturan dasar dan etika yang perlu diingat sehingga akan menyenangkan setiap perjalanan dan menghindari siapapun untuk merusak lingkungan.

Sebelum mendaki gunung :
* Kesehatan seseorang adalah harga mutlak agar dalam melakukan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Jika seseorang melakukan pendakian dalam kondisi tubuh yang kurang fit, justru akan menyebabkan penyakitnya menjadi lebih parah saat di atas.

* Mendaki gunung merupakan olahraga yang membutuhkan persiapan yang bagus. Kondisi alam dengan hawa dingin, mengharuskan kita membawa pakaian hangat, jaket tebal.

* Mendaki gunung membutuhkan kerjasama yang baik dalam tim dan lebih dari sekedar kerjasama tim olahraga biasanya. Hindari mendaki gunung sendiri, karena ada kalanya kita tidak mampu menyelesaikan permasalahan dengan sendiri jika ada yang diperlukan. Sebagai contoh untuk melakukan belaying pada sebuah pemanjatan tebing yang nyaris bisa dilakukan sendiri.

* Tentang daerah yang menjadi tujuan, sebaiknya kita melakukan penelitian dan berdiskusi bersama orang - orang yang telah melakukannya terlebih dahulu. Kita bisa saja bergabung dengan tim ekspedisi lain. Sebaiknya kita memiliki peta daerah yang dituju dan mampu membaca peta itu sendiri.

* Tinggalkan pesan kepada orang terdekat berapa lama kita melakukan perjalanan, hal ini akan membantu mereka menemukan kita kalau saja kita tersesat ataupun mengalami 
musibah.


Selama mendaki gunung :
Di kalangan pendaki, statement di bawah ini cukup populer terdengar. Bahkan di organisasi pecinta alampun, setiap diklatsarnya selalu menanamkan ke alam bawah sadar adik - adik di bawahnya dengan doktrin statement ini.

Jangan ambil sesuatu kecuali gambar

Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak

Jangan bunuh sesuatu selain waktu.

"Jangan ambil sesuatu kecuali gambar" maksudnya selama pendakian kita di larang membawa pulang apa - apa yang ada di alam. Biarkan tumbuhan tetap berada di sana tanpa pernah tercabut tangan - tangan kita. Terutama si bunga abadi,
Edelweis. Biarkan hewan - hewan hidup di habitatnya tanpa pernah terancam karena kita buru.

Poin kedua, "jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak" di maksudkan sebagai rambu - rambu bahwa apa yang kita bawa saat pergi harus tetap terbawa saat kita pulang. Terutama sampah, masalah serius yang terjadi di gunung sehingga mengurangi keindahan.

Point ketiga, "jangan bunuh sesuatu kecuali waktu" tersirat pesan jangan kotori tanganmu dengan membunuh penghuni alam berupa tumbuhan dan binatang. Ingat, Anda sebagai tamu di habitat mereka, jadilah tamu yang baik. 
source


















0 komentar:

Posting Komentar

 

cerita dari teman

Jalur Pendakian Gunung Lawu Gunung Lawu (3.265 m) berdiri kokoh diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak menyimpan sejuta misteri dan legenda. Dalam legenda Gunung Lawu dipercayai sebagai tempat bertapanya Raden Brawijaya atau dikenal dengan Sunan Lawu setelah mengundurkan diri dari kerajaan Majapahit, dan beliau dipercaya sebagai penguasa seluruh makhluk yang ada di Gunung Lawu. Gunung Lawu juga mempunyai kawah yang namanya sangat terkenal yakni Kawah Condrodimuko, yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat menggodok tokoh pewayangan yaitu Raden Gatutkaca, salah satu dari Pandawa Lima. Di gunung ini juga banyak tempat-tempat keramat antara lain Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng, Batu Tugu "Punden Berundak", Lumbung Selayur, Telaga Kuning dan masih banyak lagi. Gunung ini juga ditumbuhi bunga Edelweis berwarna merah muda, kuning dan putih. Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi. Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas. Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Desa Cemoro Sewu maupun dukuh Cemoro kandang yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer merupakan gerbang pendakian ke puncak Lawu atau lebih dikenal dengan nama Argo Dumilah, letaknya berada tidak jauh dari kota dan dilintasi oleh jalan raya tertinggi di pulau Jawa yaitu sekitar 1.878 meter dari permukaan air laut. Karena letaknya yang mudah dijangkau, Gunung Lawu ini banyak dikunjungi pendaki pada Minggu dan hari-hari libur. Bahkan pada bulan Suro (Tahun Baru menurut penanggalan Jawa), kita akan menemui bahwa mereka yang mendaki bukan saja untuk ke puncak gunung Lawu, tetapi juga banyak diantaranya adalah peziarah, pertapa dan berbagai tujuan lainnya. Kedua daerah gerbang pendakian tersebut merupakan daerah berbentuk saddle antara daerah tujuan wisata Sarangan yang terkenal dengan danaunya dan Tawangmangu dengan air terjunnya. Kedua jalur Selatan ini adalah yang paling banyak dilalui karena jalurnya mudah dan pemandangannya sangat indah. Untuk mencapai daerah ini. Dari arah Surabaya menuju Madiun diteruskan ke Magetan dengan bus, kemudian naik colt menuju Sarangan (1.286 m.dpl), dari sini kita naik colt jurusan Tawangmangu turun di Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Kalau dari arah Solo, kita naik bus menuju Tawangmangu (1.000 m.dpl), lalu naik colt jurusan Sarangan berhenti di Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu. Angkutan umum/colt dari Tawangmangu ke Sarangan atau arah sebaliknya agak sulit ditemui mulai pukul 16.00 wib. Segala fasilitas umum antara lain hotel, wartel yang paling dekat adalah di daerah wisata Sarangan terletak 5 kilometer dari Cemoro Sewu atau di Tawangmangu yang juga merupakan tempat wisata. Walau demikian, kita dapat menginap dirumah-rumah penduduk. Kita juga bisa memenuhi kebutuhan logistik tambahan untuk pendakian di warung-warung yang ada di desa gerbang pendakian ini. Gerbang Jawa Timur ,lewat Desa Cemoro Sewu Desa Cemoro Sewu (1.800 m dpl) kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan merupakan gerbang pendakian dari jalur Jawa Timur adalah daerah yang sangat subur. Daerah yang dihuni 20 keluarga dengan mata pencaharian utama adalah bertani ini tampak hijau, bersih sehingga menyejukkan mata yang melihatnya. Penduduknya sangat rukun, suka gotong-royong, ramah terhadap para pendatang dan sangat peduli terhadap kebersihan lingkunganya, ini terbukti dengan didapatnya tropi Jawa Timur tahun 1991 dan Kalpataru untuk katagori Pengabdi Lingkungan tahun 1992 oleh Bapak Sardi Kamituwo desa Cemoro Sewu. Jalur yang dimulai dari Cemoro Sewu (1.800 m.dpl) ini adalah yang paling sering digunakan untuk pendakian, panjangnya 6.5 km, berupa jalan makadam mulai desa sampai mendekati puncak. Di desa Cemoro Sewu ini kita mempersiapkan air untuk perjalanan naik dan turun. Kita akan melewati hutan pinus dan akasia di sisi kiri dan kanan sampai pada ketinggian lk 3.000 m dpl. Dalam pendakian ini kita akan melewati 4 buah pos pada ketinggian 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan sampai di pos IV dengan ketinggian 2.800 m dpl dengan waktu 4 - 5 jam. Setelah pos IV ini pepohonan mulai rendah sampai kita harus menyusur punggungan, jalannya berupa tanah mendatar dan di sisi kanan terdapat jurang. Kurang lebih 10 menit kita akan sampai di Sendang Drajat, sebuah sumber air yang dianggap keramat oleh para peziarah. Di daerah sini biasanya juga digunakan untuk bertapa oleh orang-orang yang percaya bahwa akan mendapat "ilmu". Disini terdapat gua selebar 2 meter yang dapat kita pakai untuk bermalam. Didepan gua terdapat lubang sekitar satu meter yang kadangkala dapat ditemukan air. Jika tidak mau menginap di Sendang Drajat, kita dapat berjalan terus ke Argo Dalem, dengan melewati punggungan bukit sekitar 30 menit, kita akan menemukan pertigaan yang kekiri langsung menuju puncak Argo Dumilah ( 3.265 m dpl) sedang ke kanan menuju ke Argo Dalem (3.148m dpl). Dari pertigaan ini, untuk menuju puncak Argo Dumilah hanya membutuhkan waktu 10 menit. Alun-alun Argo Dalem merupakan hamparan padang terbuka bervegetasi perdu, memungkinkan kita untuk melihat kearah puncak maupun kelembah di bawahnya. Ada pondok utama yang biasanya menjadi tujuan peziarah yang datang, lengkap dengan barang-barang persembahannya Puncak Gunung Lawu berupa dataran yang berbukit-bukit dan terdapat titik trianggulasi. Dari arah puncak kita dapat menikmati pemandangan yang sangat menawan. Selain Matahari terbit, bila kita memandang ke arah barat, akan tampak puncak Gunung Merapi dan Merbabu, dan arah timur akan terlihat puncak Gunung Kelud, Butak dan Wilis. Gerbang Jawa Tengah: Desa Cemoro Kandang Jalur yang dimulai dari Desa Cemoro Kandang ini, panjangnya sekitar 12 km, juga paling sering digunakan untuk pendakian, karena tidak terlalu menanjak dan pemandangannya sangat indah. Diseberang gerbang pendakian terdapat warung-warung, juga bisa untuk menambah logistik, air juga harus dipersiapkan disini untuk perjalanan naik sampai turun lagi. Kita mulai perjalanan melalui hutan akasia dan pinus dengan kondisi jalan berbatu kurang lebih 1,5 jam, kita sampai pada PosI Taman Sari bawah. Kemudian kita melewati jalan tanah dari hutan cemara dan pinus selama sekitar 30 menit akan menemui Pos II Taman Sari Atas. Dari sini kita masih melewati hutan dan menyisir bukit, setelah perjalanan selama 2,5 jam kemudian kita sampai di pos III Penggik (2.760 m dpl). Dari pos penggik ini kita menuju ke Pos IV Cokrosuryo dengan melewati hutan, kemudian menyisir bukit, disebelah kiri kita adalah jurang, waktu yang dibutuhkan sekitar 1,5 jam. Jika tidak ingin menginap di Cokrosuryo kita bisa berjalan terus ke Argo Dalem dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dalam perjalanan ke Argo Dalem kita akan menemui sebuah pos yang rusak di pertigaan yang kekanan ke Argo Dumilah dan yang lurus menuju Argo Dalem. Perlengkapan dan Tips Perjalanan Pendakian ke Gunung Lawu jika melalui Cemoro Kandang membutuhkan waktu 8-9 jam dan 5-6 untuk turun, sedang dari Cemoro Sewu dibutuhkan waktu 6-7 jam untuk pendakian dan 4-5 jam untuk turun. Pakaian yang tahan angin dan tahan air serta peralatan untuk tidur sebaiknya dibawa untuk kenyamanan perjalanan pendakian. Kalau ingin pendakian anda tidak terlalu ramai maka sebaiknya melakukan pendakian pada hari-hari biasa (senin-Jumat) Perijinan dan Pemanduan Untuk perijinan pendakian ke Gunung Lawu sampai saat ini masih belum ada keharusan ijin yang resmi dari instansi-instansi yang memangku daerah pendakian ini, dan anda cukup mendaftarkan diri ke petugas yang ada di pos pendakian Cemoro Kandang atau ke Bapak Sardi Kamituwo di desa Cemoro Sewu serta meninggalkan kartu pengenal diri. Bila anda ingin mengetahui tempat-tempat yang keramat di gunung ini, sebaiknya anda menggunakan pemandu untuk mengantar anda. Anda bisa menghubungi bapak Sardi untuk membantu kita untuk mencarikan pemandu yang mengetahui tempat-tempat keramat. Bila mengalami keadaan darurat di Gunung Lawu, kecelakaan atau rekan yang hilang, kita bisa menghubungi SAR SATKORLAK UNS Solo Jl. Urip Sumoharjo 110 Mesen Surakarta Telp. (0271) 41799, 47199. Pendakian Gunung Jawa Tengah |

Blogger templates

Blogroll

About