Pages

Sabtu, 15 Maret 2014

Membuat Kompor Trangia



Membuat kompor methanol dari kaleng soft drink.
Para backpaker membutuhkan sesuatu yang praktis dalam perjalananya, tak terkecuali bekal pakaian maupun makanan. Terlebih lagi jika kita travelling ke tempat yang jauh dari peradaban. Seperti gunung ataupun tempat lain yang jauh dari warteg, hehehe.

ter antara bagian atas dan bawah sama maka secara otomatis bagian atas dari kompor perlu sedikit
Maka diperlukan sebuah perlengkapan memasak yang praktis agar perjalanan kita tidak direpotkan dengan alat masak. Apabila punya uang lebih, kita  bisa membeli trangia 1 set untuk keperluan memasak di saat ngecamp atau naik gunung. Tetapi timbul masalah jika trangia yang sudah kita beli lagi dipinjem sama temen dan belum dibalikin.


Kalau yang belum pernah lihat kompor trangia, nie loh yang namanya kompor trangia
 
Untuk membuat kompor methanol ada beberapa alat yang musti disiapkan:
  • Dua buah kaleng bekas, bisa pepsi, fanta, sprite ataupun yang mirip kaleng. Semakin kuat dan tipis kaleng semakin bagus.
  • Selanjutnya alat pemotong kaleng, bisa gunting, silet, ataupun alat lainnya.
  • Untuk menandai digunakan spidol ataupun pensil.
  • Kalau ada bor bisa dipakai untuk melobangi, kalau tidak ada ya pake paku atau pun jarum.
  • Yang terakhir alat ukur ataupun penggaris


Langkah langkah: 

1. Melubangi bagian bawah kaleng menggunakan cutter yang lancip ujungnya

2. Melubangi bagian pinggir kaleng pertama menggunakan bor, jarum ataupun paku dengan jarak 15 mm disesuaikan diameter dari kaleng. Lubang ini nantinya sebagai jalan keluar dari api.



3. Memotong kaleng kedua setinggi 30 mm disesuaikan kebutuhan, apabila ingin menggunakan kompor yang muat bahan bakar lebih banyak bisa ditambah tingginya. Untuk  tinggi 30mm sudah cukup keperluan memasak mie, air ataupun nasi. Perlu dipertimbangkan masalah praktisnya kompor. Semakin tinggi maka memerlukan ruang lebih dalam penyimpananya diransel.









Untuk mempermudah pengukuran dan kelurusan dari pemotongan, gunakanlah sebuah buku ataupun papan. Selanjutnya putarlah kaleng secara rata dan berulang ulang hingga terpisah antara bagian bawah dan atas kaleng.



4. Memotong kaleng pertama (yang berlubang lubang) setinggi 40mm (disesuaikan kaleng kedua)


5. Membuat bagian tengah dari kompor menggunakan sisa potongan kaleng.


Pada lembaran kaleng tersebut diberi 3 lubang yang berjarak 50 mm, fungsi dari lubang ini sebagai tempat masuknya bahan bakar. Dan pada kedua sisi diberi sobekan yang berjarak 150 mm. Lebar dari lembaran kaleng ini disesuaikan tinggi kaleng pertama dan kedua (40mm).

6. Merangkai potongan potongan kaleng menjadi satu


menyatukan kedua sobekan tadi yang berjarak 150 mm menjadi satu, lubang yang berjumlah tiga tadi kita posisikan dibawah.
menyusun kaleng kedua (kaleng bawah) dengan bagian tengah kompor.


7. Merangkai kaleng pertama (yang berlubang lubang) dengan cara menekannya. Karena diame dipenyok agar bisa masuk bagian bawahnya. Buatlah serapat dan serapi mungkin agar tidak terjadi kebocoran.




Perlu diperhatikan bahwa lubang lubang api tadi jangan sampai tertutup, diperlukan penyetingan antara kaleng pertama, kedua dan lebar lembaran kaleng yang kita buat tadi agar dihasilkan kompor methanol dari kaleng bekas yang sempurna.





Untuk menigkatkan efisiensi dari kompor methanol ini bisa dengan cara meninggikan tekanan didalam kompor, sehingga bisa memperbesar nyala api. Maka muncullah model lain yang bagian atasnya tertutup, serta dilengkapi sebuah baut penutup.
Baut ini dilengkapi sebuah per (pegas) sehingga saat kita akan mengisi bahan bakar tinggal ditarik dan saat dilepas akan kembali rapat karena dorongan dari pegas.

Selain penggunaan per, salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi yaitu dengan merubah letak lubang api.


Untuk penampakan saat digunakan berbeda beda antara 1 kompor dengan kompor yang lain.
Dengan dana minim, bahkan bisa dikatakan nol rupiah kita bisa membuat kompor trangia yang tidak kalah kualitasnya dengan produk dipasaran. Kreatifitas memang di perlukan untuk memodifikasi kompor ini sesuai kebutuhan, sehingga efisiensi dari bahan bakar bisa di tingkatkan.

3 komentar:

  1. Balasan
    1. yah lumayan ringkas dan cari bahan bakarnya mudah..didaerah2 spirtus juga banyak

      Hapus
  2. apa kabar cak roes?

    BalasHapus

 

cerita dari teman

Jalur Pendakian Gunung Lawu Gunung Lawu (3.265 m) berdiri kokoh diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak menyimpan sejuta misteri dan legenda. Dalam legenda Gunung Lawu dipercayai sebagai tempat bertapanya Raden Brawijaya atau dikenal dengan Sunan Lawu setelah mengundurkan diri dari kerajaan Majapahit, dan beliau dipercaya sebagai penguasa seluruh makhluk yang ada di Gunung Lawu. Gunung Lawu juga mempunyai kawah yang namanya sangat terkenal yakni Kawah Condrodimuko, yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat menggodok tokoh pewayangan yaitu Raden Gatutkaca, salah satu dari Pandawa Lima. Di gunung ini juga banyak tempat-tempat keramat antara lain Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng, Batu Tugu "Punden Berundak", Lumbung Selayur, Telaga Kuning dan masih banyak lagi. Gunung ini juga ditumbuhi bunga Edelweis berwarna merah muda, kuning dan putih. Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi. Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas. Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Desa Cemoro Sewu maupun dukuh Cemoro kandang yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer merupakan gerbang pendakian ke puncak Lawu atau lebih dikenal dengan nama Argo Dumilah, letaknya berada tidak jauh dari kota dan dilintasi oleh jalan raya tertinggi di pulau Jawa yaitu sekitar 1.878 meter dari permukaan air laut. Karena letaknya yang mudah dijangkau, Gunung Lawu ini banyak dikunjungi pendaki pada Minggu dan hari-hari libur. Bahkan pada bulan Suro (Tahun Baru menurut penanggalan Jawa), kita akan menemui bahwa mereka yang mendaki bukan saja untuk ke puncak gunung Lawu, tetapi juga banyak diantaranya adalah peziarah, pertapa dan berbagai tujuan lainnya. Kedua daerah gerbang pendakian tersebut merupakan daerah berbentuk saddle antara daerah tujuan wisata Sarangan yang terkenal dengan danaunya dan Tawangmangu dengan air terjunnya. Kedua jalur Selatan ini adalah yang paling banyak dilalui karena jalurnya mudah dan pemandangannya sangat indah. Untuk mencapai daerah ini. Dari arah Surabaya menuju Madiun diteruskan ke Magetan dengan bus, kemudian naik colt menuju Sarangan (1.286 m.dpl), dari sini kita naik colt jurusan Tawangmangu turun di Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Kalau dari arah Solo, kita naik bus menuju Tawangmangu (1.000 m.dpl), lalu naik colt jurusan Sarangan berhenti di Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu. Angkutan umum/colt dari Tawangmangu ke Sarangan atau arah sebaliknya agak sulit ditemui mulai pukul 16.00 wib. Segala fasilitas umum antara lain hotel, wartel yang paling dekat adalah di daerah wisata Sarangan terletak 5 kilometer dari Cemoro Sewu atau di Tawangmangu yang juga merupakan tempat wisata. Walau demikian, kita dapat menginap dirumah-rumah penduduk. Kita juga bisa memenuhi kebutuhan logistik tambahan untuk pendakian di warung-warung yang ada di desa gerbang pendakian ini. Gerbang Jawa Timur ,lewat Desa Cemoro Sewu Desa Cemoro Sewu (1.800 m dpl) kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan merupakan gerbang pendakian dari jalur Jawa Timur adalah daerah yang sangat subur. Daerah yang dihuni 20 keluarga dengan mata pencaharian utama adalah bertani ini tampak hijau, bersih sehingga menyejukkan mata yang melihatnya. Penduduknya sangat rukun, suka gotong-royong, ramah terhadap para pendatang dan sangat peduli terhadap kebersihan lingkunganya, ini terbukti dengan didapatnya tropi Jawa Timur tahun 1991 dan Kalpataru untuk katagori Pengabdi Lingkungan tahun 1992 oleh Bapak Sardi Kamituwo desa Cemoro Sewu. Jalur yang dimulai dari Cemoro Sewu (1.800 m.dpl) ini adalah yang paling sering digunakan untuk pendakian, panjangnya 6.5 km, berupa jalan makadam mulai desa sampai mendekati puncak. Di desa Cemoro Sewu ini kita mempersiapkan air untuk perjalanan naik dan turun. Kita akan melewati hutan pinus dan akasia di sisi kiri dan kanan sampai pada ketinggian lk 3.000 m dpl. Dalam pendakian ini kita akan melewati 4 buah pos pada ketinggian 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan sampai di pos IV dengan ketinggian 2.800 m dpl dengan waktu 4 - 5 jam. Setelah pos IV ini pepohonan mulai rendah sampai kita harus menyusur punggungan, jalannya berupa tanah mendatar dan di sisi kanan terdapat jurang. Kurang lebih 10 menit kita akan sampai di Sendang Drajat, sebuah sumber air yang dianggap keramat oleh para peziarah. Di daerah sini biasanya juga digunakan untuk bertapa oleh orang-orang yang percaya bahwa akan mendapat "ilmu". Disini terdapat gua selebar 2 meter yang dapat kita pakai untuk bermalam. Didepan gua terdapat lubang sekitar satu meter yang kadangkala dapat ditemukan air. Jika tidak mau menginap di Sendang Drajat, kita dapat berjalan terus ke Argo Dalem, dengan melewati punggungan bukit sekitar 30 menit, kita akan menemukan pertigaan yang kekiri langsung menuju puncak Argo Dumilah ( 3.265 m dpl) sedang ke kanan menuju ke Argo Dalem (3.148m dpl). Dari pertigaan ini, untuk menuju puncak Argo Dumilah hanya membutuhkan waktu 10 menit. Alun-alun Argo Dalem merupakan hamparan padang terbuka bervegetasi perdu, memungkinkan kita untuk melihat kearah puncak maupun kelembah di bawahnya. Ada pondok utama yang biasanya menjadi tujuan peziarah yang datang, lengkap dengan barang-barang persembahannya Puncak Gunung Lawu berupa dataran yang berbukit-bukit dan terdapat titik trianggulasi. Dari arah puncak kita dapat menikmati pemandangan yang sangat menawan. Selain Matahari terbit, bila kita memandang ke arah barat, akan tampak puncak Gunung Merapi dan Merbabu, dan arah timur akan terlihat puncak Gunung Kelud, Butak dan Wilis. Gerbang Jawa Tengah: Desa Cemoro Kandang Jalur yang dimulai dari Desa Cemoro Kandang ini, panjangnya sekitar 12 km, juga paling sering digunakan untuk pendakian, karena tidak terlalu menanjak dan pemandangannya sangat indah. Diseberang gerbang pendakian terdapat warung-warung, juga bisa untuk menambah logistik, air juga harus dipersiapkan disini untuk perjalanan naik sampai turun lagi. Kita mulai perjalanan melalui hutan akasia dan pinus dengan kondisi jalan berbatu kurang lebih 1,5 jam, kita sampai pada PosI Taman Sari bawah. Kemudian kita melewati jalan tanah dari hutan cemara dan pinus selama sekitar 30 menit akan menemui Pos II Taman Sari Atas. Dari sini kita masih melewati hutan dan menyisir bukit, setelah perjalanan selama 2,5 jam kemudian kita sampai di pos III Penggik (2.760 m dpl). Dari pos penggik ini kita menuju ke Pos IV Cokrosuryo dengan melewati hutan, kemudian menyisir bukit, disebelah kiri kita adalah jurang, waktu yang dibutuhkan sekitar 1,5 jam. Jika tidak ingin menginap di Cokrosuryo kita bisa berjalan terus ke Argo Dalem dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dalam perjalanan ke Argo Dalem kita akan menemui sebuah pos yang rusak di pertigaan yang kekanan ke Argo Dumilah dan yang lurus menuju Argo Dalem. Perlengkapan dan Tips Perjalanan Pendakian ke Gunung Lawu jika melalui Cemoro Kandang membutuhkan waktu 8-9 jam dan 5-6 untuk turun, sedang dari Cemoro Sewu dibutuhkan waktu 6-7 jam untuk pendakian dan 4-5 jam untuk turun. Pakaian yang tahan angin dan tahan air serta peralatan untuk tidur sebaiknya dibawa untuk kenyamanan perjalanan pendakian. Kalau ingin pendakian anda tidak terlalu ramai maka sebaiknya melakukan pendakian pada hari-hari biasa (senin-Jumat) Perijinan dan Pemanduan Untuk perijinan pendakian ke Gunung Lawu sampai saat ini masih belum ada keharusan ijin yang resmi dari instansi-instansi yang memangku daerah pendakian ini, dan anda cukup mendaftarkan diri ke petugas yang ada di pos pendakian Cemoro Kandang atau ke Bapak Sardi Kamituwo di desa Cemoro Sewu serta meninggalkan kartu pengenal diri. Bila anda ingin mengetahui tempat-tempat yang keramat di gunung ini, sebaiknya anda menggunakan pemandu untuk mengantar anda. Anda bisa menghubungi bapak Sardi untuk membantu kita untuk mencarikan pemandu yang mengetahui tempat-tempat keramat. Bila mengalami keadaan darurat di Gunung Lawu, kecelakaan atau rekan yang hilang, kita bisa menghubungi SAR SATKORLAK UNS Solo Jl. Urip Sumoharjo 110 Mesen Surakarta Telp. (0271) 41799, 47199. Pendakian Gunung Jawa Tengah |

Blogger templates

Blogroll

About